Tak Kenal Maka Tak Sayang BI Rate

17.50 Unknown 0 Comments


"Untung ya kemaren sudah ambil kredit rumah sebelum bulan Juni 2013"Kata Suami
"Memangnya kenapa?"Kata Saya
"Tuh lihat sekarang BI rate makin naik terus, bunga kredit pasti jadi naik deh"Jelas Suami
***

Cara pandang suami saya terhadap BI Rate sebagai yang awam dalam ekonomi makro * ya iyalah anak teknik gitu*   setidaknya mewakili hampir 80% cara pandang masyarakat terhadap BI Rate.

Sebenarnya jika boleh diumpamakan BI Rate sebagai sinyalemen bahwa prinsip kehati-hatian kita harus ditingkatkan. Ibarat persneling, BI rate dinaikan ketika laju ekonomi yang dinilai terlampau cepat yang berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan sedangkan jika ekonomi ingin melaju kencang maka BI Rate pun diturunkan. Selain itu BI rate merupakan biangnya suku bunga (benchmark) dimana bunga deposito hingga obligasi mengacu kepadanya.

Perubahan BI rate hingga Desember 2013 ini lebih besar 25 basis poin. Kenaikan BI Rate pada Juni 2013 mengakhiri  16 bulan(sejak Februari 2012) periode suku bunga acuan bertengger di 5,75 persen.  Perubahan BI rate ini dilakukan jika deviasi proyeks inflasi terhadap  targetnya dipandang cukup signifikan. Langkah BI  menaikan  suku bunga acuan ini memang tidak seirama dengan negara kawasan Asia yang lainnya seperti Bank Sentral Malaysia dan Thailand yang   tidak mengubah suku bunga mereka. karena sejatinya kebijakan moneter adalah seni. Setiap negara dalam situasi serupa dapat menempuh kebijakan moneter yang berbeda..

Kebijakan Moneter Indonesia

1959-1965 : Kebijakan moneter menggunakan sistem pengendalian uang beredar (monetary targeting) dan terjadi devaluasi rupiah 74% , sempat terjadi pembekuan deposito  dan sanering.

 1965 :  Inflasi tinggi dan target kebijakan moneter adalah menstabilkan ekonomi dengan pengedalian devisa, valuta asing dan sanering.

1966-1969: Era Stabilisasi Ekonomi Kebijkaan moneter menggunakan pengendalian suku bunga (interest rate targeting) dimana suku bungan pinjaman dan deposito ditingkatkan , diterapkannya giro wajib minimum 30 persen , pembatasa maksimal ekspanis perbankan, dan pelarangan kredit impor jangka panjang.

1967-1983: Pertumbuhan ekonomi tinggi 6-7 persen dan baruan kebijakan ekonomi mulai diterapkan . yaitu antara pengedalian suku bunga dan pengendalian uang bersar . berlaku sistem nilai tuka menggambang (managed floating exchange rate).

1988-1990: Deregulasi atau liberalisasi perbankan lewat pakto 88 yang mencoba mengatasi inflasi melalui penguatan struktur perbankan.

1990-1997 : Ekpansi kredit bank terlampau besar dan tidak selektif membuat BI menerapkan kenaikan suku bungan . Sistem nilai ukar mengambang diterapkan flesibel. bunga deposito pernah mencapai 27%.

1997-1998: Krisis ekonomi, inflasi tinggi, nilai tukar rupiah anjlok. Kebijakan moneter masih mengarah pada pengendalian nilai tukar.

1999: Kebijakan pengendalian uang beredar ditinggalkan dan mengarah ke pengendalian harga ( infation targeting) dengan BI rate sebagai instrumen utama  dan menjadi batas atas suku bunga deposito.

Juli 2005: Penerapan menyeluruh kebijakan moneter dengan pengedalian harga ( inflation targeting frame work atau ITF) dan BI rate menjadi suku bunga acuan.


You Might Also Like

0 komentar: